Thursday, July 15, 2010

PELAKSANAAN SHOLAT SUNNAT NISFU SYA'BAN TAHUN 1431 H

Shalat sunat Nisfu Sya'ban tahun ini, dilaksanakan pada hari Senin malam Selasa, tanggal 26 Juli 2010 M (malam 15 Sya'ban 1431 H). Pada malam ini, ditutuplah "Buku Catatan Perjalanan Hidup" setiap manusia. Dan akan dibuka lembaran buku baru untuk tahun yang akan datang. Kita berharap, akhir dan awal dari lembaran buku catatan hidup kita diisi dengan amal kebaikan. Salah satunya adalah dengan melaksanakan Shalat sunat Nisfu Sya'ban. Shalat ini sebanyak 100 rakaat, 1000 qulhuwalloohu ahad. Baca juga Maklumat Abah Anom yang ditandatangani pada 1 Juni 1982 mengenai hal ini. Baca Maklumatnya di sini.

Niatnya : Usholli sunnatan nisfu sya'ban rok'ataini (imaaman/ma'muuman) lillahi ta'alaa. Allaahu akbar

(Aku niat shalat sunat nisfu sya'ban 2 rakaat (menjadi imam/makmum) karena Allah Ta'ala. Allahu akbar.

Banyaknya : 100 rakaat (50 kali salam) lebih baik berjamaah.

Bacaannya: Setiap rakaat setelah Fatihah membaca surat al-Ikhlas (Qulhu walloohu ahad) 10 kali

Waktunya : Setelah shalat sunat ba'diyah Maghrib kemudian dilanjutkan setelah Isya (Fardhu Maghrib, dzikir, ba'diyah Maghrib, Nisfu Sya'ban, (masuk Isya), shalat sunat qobliyah Isya, Fardhu Isya, Ba'diyah Isya, dzikir, lanjutan Nisfu Sya'ban;).

Do'a setelah shalat sunat Nisfu Sya'ban:


Artinya : "Ya Allah! Tuhan yang membangkitkan dan tak ada yang sanggup membangkitkan kecuali Dia, ya Tuhan yang Maha Luhur dan Agung dan yang Maha Pemurah memberi nikmat-nikmat. Tidak ada Tuhan yang lain melainkan Engkau yang menolong orang-orang yang memohon pertolongan dan melindungi orang-orang serta mengamankan dari sekalian yang dikhawatirkan dan ditakuti.

Ya Allah andai kata telah ditakdirkan di sisi Mu akan daku dalam buku Azaly, bahwa aku celaka dan sedikit rezeki, terusir dan diharamkan akan daku maka hapuskanlah (apa-apa yang tercatat/tertulis dalam buku Azaly itu) dengan kemurahan-Mu. Dan tetapkanlah di sisi-Mu dalam buku Azaly itu (tukarkanlah akan keadaan di azalyku itu) dengan kebahagiaan lagi memperoleh rezeki yang dipergunakan untuk kebaikan, sesungguhnya Engkau berkata dan kata-kata-Mu adalah benar; sebagaimana tercantum di dalam Kitab-Mu yang Engkau turunkan atas lisan Nabi-Mu yang diutus (Muhammad saw.), "Yakni dihapuskan Allah barang yang dikehendakinya (perkataan/pernyataan yang menyimpang) dan ditetapkan-Nya di sisi-Nya di Azaly".


Ya Allah dengan keagunganMu pada malam Nisfu Sya'ban yang mulia / berkat ini, yang memisahkan kepadanya tiap-tiap perkara/keadaan dan urusan yang tepat dan yang dipastikan, hindarkan ya Allah kami dari bala'i/musibah yang kami ketahui dan yang tidak kami ketahui dan Engkaulah yang lebih mengetahui dengannya, sesungguhnya Engkau Maha Agung dan Pemurah ". Washallallahu 'alaasayyidina Muhammadin wa alaa aalihii washohbihii wasallam. Walhaldulillahi robbil 'alamiin.

________________________________________



Sumber: (Ponpes Suryalaya)

Monday, June 14, 2010

TANGGUNG JAWAB ISTRI TERHADAP SUAMI

1. Allah Taala berfirman yang bermaksud:
“Kaum laki-laki itu pemimpin wanita. Karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) alas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan harta mereka. Maka wanita yang solehah ialah mereka yang laal kepada Allah dan memelihara din ketika suaminya tidak ada menurut apa yang Allah kehendaki. “









“Wanita-wanita yang kamu kuatiri akan durhaka padamu, maka nasihatilah mereka (didiklah) mereka. Dan pisahkanlah dari tempat tidur mereka (jangan disetubuhi) dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu bersikap curang pula. Sesungguhnya Allah itu Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (An Nisa : 34)

2. Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
“Siapa saja isteri yang meninggal dunia, sedangkan suaminya ridha terhadap kepergiannya, maka ia akan masuk Surga.” (Riwayat Tarmizi)

3. Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
“Apabila seorang isteri telah mendirikan sholat lima waktu dan berpuasa bulan Ramadhan dan memelihara kehormatannya dan mentaati suaminya, maka diucapkan kepadanya: Masuklah Surga dari mana saja pintu surga yang kamu kehendaki.”
(Riwayat Ahmad dan Thabrani)

4. Seorang perempuan datang ke hadapan Nabi SAW lalu berkata, “Wahai Rasulullah SAW, saya mewakili kaum wanita untuk menghadap tuan (untuk menanyakan tentang sesuatu). Berperang itu diwajibkan oleh Allah hanya atas kaum laki-laki, jika mereka terkena luka, mereka mendapat pahala dan kalau terbunuh, maka mereka adalah tetap hidup di sisi Allah. lagi dicukupkan rezeki (dengan buah-buahan Surga). Dan kami kaum perempuan selalu melakukan kewajiban terhadap mereka (yaitu melayani mereka dan membantu keperluan mereka) lalu apakah kami boleh ikut memperoleh pahala berperang itu?”

Maka Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Sampaikanlah kepada perempuan-perempuan yang kamu jumpai bahwa taat kepada suami dengan penuh kesadaran maka pahalanya seimbang dengan pahala perang membela agama Allah. Tetapi sedikit sekali dan kamu sekalian yang menjalankannya.”

5. Sayidina Ali k.w.l. berkata: “Seburuk-buruk sifat bagi kaum laki-laki itu adalah sebaik-baik sifat bagi kaum perempuan yaitu kikir dan bersikap keras dan takut. Karena sesungguhnya perempuan itu jika kikir, maka ia memelihara harta suaminya dan jika bersikap keras, maka ia menjaga diri dan berbicara kepada setiap orang dengan perkataan yang halus (meska) yang menimbulkan sangkaan yang buruk, dan jika penakut. Maka ia takut dari segala sesuatu, oleh karena itu ia tidak berani keluar dari rumahnya dan ia menjauhi tempat-tempat yang menimbulkan kecurigaan yang buruk karena takut kepada suaminya.

6. Seharusnya seorang istri mengetahui kedudukan dirinya seolah-olah seorang ’hamba’ perempuan yang dimiiiki oleh suaminya atau sebagai ‘tawanan’ yang lemah. Oleh karena itu dia tidak boleh membelanjakan sedikit pun dari hartanya (sendiri) kecuali dengan seijin suaminya karena ia diumpamakan sebagai orang yang dalam kawalan (perhatian).

7. Wajib bagi seorang isteri:
Merendahkan pandangannya terhadap suaminya.
Tidak berkhianat terhadap suaminya ketika suaminya tidak ada termasuk juga hartanya.
Menunaikan hajat suami (jika diajak oleh suaminya) biarpun di waktu sibuk atau susah (ditamsilkan berada di punggung unta oleh Rasulullah).
Meminta ijin suami untuk keluar dari rumahnya. Kalau keluar rumah tanpa ijin suaminya maka dilaknati oleh malaikat sampai ia bertaubat dan kembali.

8. Diceritakan dari Nabi SAW bahwa baginda bersabda, maksudnya:
“Sungguh-sungguh meminta ampun untuk seorang isteri yang berbakti kepada suaminya yaitu burung di udara, ikan-ikan di air dan malaikat di langit selama ia selalu dalam kerelaan suaminya. Dan siapa saja dikalangan isteri yang tidak berbakti kepada suaminya, maka ia mendapat laknat dari Allah dan malaikat serta semua manusia. “

9. Siapa saja di kalangan isteri yang bermuka masam di hadapan suaminya, maka ia dalam kemurkaan Allah sampai ia dapat membuat suasana yang menggembirakan suaminya dan memohon kerelaannya.

10.Aisyah r.ha berkata:
“Wahai kaum wanita! Seandainya kamu mengerti kewajiban terhadap suamimu, tentu seorang isteri akan menyapu debu dari kedua telapak kaki suaminya dengan sebagian mukanya.”

11.Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
“Tiga orang yang tidak diterima sholatnya (tidak diberi pahala sholatnya) oleh Allah dan tidak diangkat kebaikan mereka ke langit ialah: hamba yang lari dari tuannya hinggalah dia kembali, seorang isteri yang dimurkai oleh suaminya hinggalah dia memaafkannya, orang yang mabuk hingga dia sadar kembali.”

12.Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
“Jika seorang isteri berkata kepada suaminya: Tidak pernah aku melihat kebaikanmu sama sekali, maka hancur leburlah pahala amal kebaikannya.”

Keterangan:

Maksud Hadis ini ialah jika seorang istri memperkecilkan usaha baik suaminya seperti dalam memberi nafkah dan memberi pakaian maka hancur leburlah pahala amal kebaikannya.

13.Nabi Muhammad SAW bersabda, maksudnya:
“Siapa saja isteri yang meminta cerai dari suaminya tanpa sebab-sebab yang sangat diperlukan, maka haramlah bau Surga ke atasnya.”

Keterangan:

Hal ini biasanya terjadi pada seorang istri yang tidak berminat kepada suaminya lagi kecuali kalau dia meminta cerai kepadanya karena kuatir tidak dapat menjalankan kewajiban terhadap suaminya untuk menghindarkan dari kekecewaan suaminya.

14.Nabi SAW bersabda maksudnya:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada seorang isteri yang tidak bersyukur kepada suaminya.”

Keterangan:

Hal ini biasa terjadi pada suami yang miskin dan isteri yang kaya. Lalu isteri itu menafkahkan hartanya kepada suaminya, kemudian mengungkitnya.

15.Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
“Pertama urusan yang ditanyakan kepada isteri pada hari Kiamat nanti ialah mengenai sholatnya dan mengenai urusan suaminya (apakah ia menjalankan kewajibannya terhadap suaminya atau tidak). “

16.Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
“Empat perempuan yang berada di Neraka ialah:
Perempuan yang kotor mulutnya terhadap suaminya. Jika suaminya tidak ada di rumah ia tidak menjaga dirinya dan jika suaminya bersamanya ia memakinva (memarahinya). Perempuan yang memaksa suaminya untuk memberi apa yang suami tidak mampu.

Perempuan yang tidak menjaga auratnya dari kaum laki-laki dan memperlihatkan kecantikannya (untuk menarik kaum laki-laki).

Perempuan yang tidak mempunyai tujuan hidup kecuali makan minum dan tidur, dan ia tidak mau berbakti kepada Allah dan tidak mau berbakti kepada Rasul-Nya dan tidak mau berbakti kepada suaminya.”

Keterangan:

Seorang perempuan yang bersifat dengan sifat-sifat ini akan dilaknati kecuali jika dia bertaubat.

17.Al Hakim bercerita bahwa seorang perempuan berkata kepada Nabi SAW:
“Sesungguhnya putera bapa saudaraku melamarku. Oleh karena itu berilah peringatan kepadaku apa kewajiban seorang isteri terhadap suaminya. Kalau kewajiban itu sesuatu yang mampu aku jalankan, maka aku bersedia dinikahkan.” Maka baginda bersabda: “Kalau mengalir darah dan nanah dari kedua lubang hidung suaminya lalu (isteri) menjilatnya, maka itu pun belum dianggap menjalankan kewajibannya terhadap suaminya. Seandainya diperbolehkan untuk manusia bersujud kepada manusia lain, tentu aku perintahkan: seorang isteri bersujud kepada suaminya.”

Berkatalah perempuan itu, “Demi Tuhan yang mengutus tuan, aku tidak akan nikah selama dunia ini masih ada.”

18.Imam Thabrani menceritakan bahwa seorang isteri tidak dianggap menjalankan kewajibannya terhadap Allah hingga ia menjalankan kewajibannya terhadap suaminya, dan seandainya suami memintanya (untuk digauli) sedang ia (isteri) di atas belakang unta maka tidak boleh dia menolaknya.

19.Sayidina Ali K.W.J. berkata: “Aku masuk ke rumah Nabi SAW berserta Fatimah lalu aku dapati baginda sedang menangis tersedu-sedu, kemudian aku berkata: “Tebusan tuan adalah ayahku dan ibuku. Wahai Rasulullah, apakah yang membuat tuan menangis?” Baginda bersabda, “Wahai Ali! Pada malam aku diangkat ke langit aku melihat kaum perempuan dari umatku disiksa di Neraka dengan bermacam-macam siksaan, lalu aku menangis karena begitu berat siksaan mereka yang aku lihat. Aku melihat perempuan yang digantung dengan rambutnya serta mendidih otaknya. Dan aku melihat perempuan yang digantung dengan lidahnya sedangkan air panas dituangkan pada tenggorokannya.

Dan aku melihat perempuan yang benar-benar diikat kedua-dua kakinya sampai kedua-dua susunya dan diikat kedua-dua tangannya sampai ubun-ubunnya dan Allah mengarahkan ular-ular dan kalajengking menyengatinya. Dan aku melihat seorang perempuan yang berkepala babi dan bertubuh himar dan ia ditimpakan sejuta siksaan. Dan aku melihat seorang perempuan berbentuk anjing dan api masuk dan mulutnya dan keluar dari duburnya (jalan belakang) sementara malaikat memukul kepalanya dengan tongkat besar dari api Neraka.” Lalu Sayidatina Fatimah Az Zahra r.ha berdiri dan berkata, “Wahai kekasihku dan cahaya mataku! Perbuatan apa yang dilakukan oleh mereka hingga ditimpa siksaan ini?” Maka Nabi SAW bersabda: “Wahai anakku! Adapun perempuan yang digantung rambutnya itu adalah karena dia tidak menutupi rambutnya dari pandangan kaum laki-laki ajnabi.
Adapun perempuan yang digantung dengan lidahnya karena dia telah menyakiti suaminya.
Adapun perempuan yang digantung kedua-dua susunya karena dia telah mempersilakan (orang lain) untuk menduduki tempat tidur suaminya.

Adapun perempuan yang diikat kedua-dua kakinya sampai kedua-dua susunya dan diikat kedua-dua tangannya sampai ke ubun-ubunnya dan Allah mengarahkan ular-ular untuk menggigitnya dan kala jengking untuk menyengatinya karena dia tidak mandi dan janabah dan haid dan dia mempermainkan (meninggalkan) sholat. Adapun perempuan yang berkepala babi dan berbadan himar karena dia adalah ahli adu domba dan pembohong. Adapun perempuan yang berbentuk anjing dan api masuk ke mulutnya dan keluar dari duburnya karena ia ahli umpat lagi penghasut.

Wahai anakku! Celaka bagi perempuan yang tidak berbakti kepada suaminya.“

20.Seorang isteri hendaklah menyadari bahwa seorang suami bagi istri adalah bagaikan ayah bagi seorang anak karena taatnya seorang anak kepada ayahnya dan memohon keridhaannya adalah wajib seorang suami pula tidak wajib mentaati isteri

21.Menjadi pendorong serta penasihat dalam hal-hal kebaikan.
22.Memahami hal-hal yang digemari dan yang dibenci oleh suami.
23.Setiap perbuatannya hendaklah menyenangkan hati suami.
24.Senantiasa menambahkan ilmu agamanya serta amalan-amalannya dengan berbagai macam cara seperti membaca, mendengar kaset-kaset ceramah agama serta mengikuti majlis-majlis agama.

25.Demi cinta terhadap suaminya seorang isteri akan melakukan khidmat dan bakti kepada suaminya dari hal yang sebesar-besarnya sampai hal yang sekecil-kecilnya seperti menggunting kuku, memotong kumis, dan meminyakkan rambut suami. Rasulullah SAW pernah berkata kepada Siti Fatimah:

“Ya Fatimah, apabila seorang wanita meminyakkan rambut suaminya dan janggutnya, memotong kumis dan menggunting kukunya maka Allah akan memberinya minum dari air Surga yang mengalir di sungai-sungainya dan diringankan Allah baginya sakaratul maul dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman yang indah dari taman-taman Surga.“

26.Senantiasa menyediakan air di sisi suami. Selama ia berbuat yang demikian selama itulah ia didoakan keampunan oleh para malaikat.
27.Memasak makanan menurut kesukaan atau selera suami.
28.Menambal baju atau pakaiannya yang buruk.
29.Siapkan barang-barang keperluan di dalam sakunya seperti sisir, celak, sikat gigi, cermin dan minyak wangi (ikut Sunnah).

30.Ikut kemauan suami pada waktu bersenda gurau, memijat,
mengipas dan sebagainya.


Download di sini

Sumber: (Dikutip oleh Andry Sucipto)

Thursday, June 10, 2010

Hadits Qudsi Tentang ALLAH

[HQ.1.4]..... Orang bertanya kepada Rasulullah SAW., ”Wahai Rasulullah ! Dimanakah Allah ? Di bumi atau di langit ?” Rasulullah SAW. menjawab, ”Allah Ta’ala berfirman:

Tidak termuat AKU oleh bumi-Ku dan lelangit-KU dan termuat Aku oleh qalb hamba-hamba-Ku yang mu’min, yang lemah-lembut, yang tenang tenteram.

[dalam keterangan lain :]

Sesungguhnya semua petala langit dan bumi akan menjadi sempit untuk merangkul-Ku akan tetapi Aku mudah untuk direngkuh oleh qalb seorang mukmin.

Berkata Wahab bin Munabbih, bahwasanya Rasulullah SAW. bersabda: “Allah Ta’ala telah berfirman:

Sesungguhnya semua petala langit-Ku dan bumi-Ku menjadi sempit untuk merangkul-Ku, akan tetapi Aku mudah untuk dirangkul oleh qalb hamba-Ku yang mu’min.”


[HR Ahmad] [AS32]

Hadits Qudsi Tentang IKHLAS

[HQ.1.1] …. Aku bertanya kepada Hudzaifah tentang Ikhlas, apakah dia ? Jawabnya: Aku sudah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang ikhlas, apakah dia ? Beliau Saw. bersabda: “Aku sudah bertanya kepada Jibril. Jawabnya, Aku sudah bertanya kepada Tuhan Keagungan tentang Ikhlas, apakah dia. Allah berfirman:

Salah satu rahasia dari rahasia-Ku, Aku mempercayakannya kepada qalb siapa yang Aku cintai dari antara hamba-hamba-Ku.”

Saturday, May 29, 2010

Kenali Diri

ISLAM yang telah Allah redhakan untuk menjadi agama kita, dan disampaikan melalui utusan-Nya Nabi Muhammad SAW merupakan satu syariat yang mencakup persoalan hidup lahir dan batin. Syariat lahir disebut syariat. Syariat batin disebut hakikat. Hal itu sangat sesuai dengan struktur kejadian manusia itu sendiri yang merupakan kombinasi antara jasad lahir dan jasad batin.

Jasad lahir adalah semua anggota tubuh kita yang nampak dengan mata. Sedangkan jasad batin adalah jasad gaib yang menggerakkan seluruh anggota lahir. Jasad batin dapat merasa, mengingat, memikirkan, mengetahui, memahami segala sesuatu yang terjadi di dalam diri kita masing-masing. Allah SWT menetapkan bahwa syariat lahir untuk diamalkan oleh jasad lahir sedangkan syariat batin untuk diamalkan oleh jasad batin yaitu ruh.

Sesuai dengan keadaan lahir batin kita yang saling berkaitan erat tanpa terpisah-pisah maka begitu pula amalan lahir dan batin wajib dilaksanakan secara serentak di setiap waktu dan keadaan. Kalau kita membeda-bedakan atau menolak salah satu dari amalan itu, maka kita tidak mungkin menjadi hamba Allah yang sebenarnya sebab Islam memandang syariat itu sebagai kulit, sedangkan hakikat itu adalah intipati.

Kedua-duanya sama-sama penting dan saling memerlukan, ibarat kulit dan isi pada buah-buahan. Keduanya mesti ada untuk kesempurnaan wujud buah itu sendiri. Tanpa kulit, isi tidak selamat malah isi tidak mungkin ada kalau kulit tidak ada. Sebaliknya tanpa isi, kulit jadi tidak berarti apa-apa. Sebab buah yang dimakan adalah isinya bukan kulitnya.

Begitu juga hubungan syariat dan hakikat. Keduanya mesti diterima dan diamalkan serentak. Keduanya saling mengisi dan memerlukan. Kalau kita bersyariat saja (artinya berkulit saja tanpa isi), itu tidak membawa arti apa-apa di sisi Allah.

Sabda Rasulullah SAW:

Terjemahannya : "Allah tidak memandang rupa dan harta kamu tetapi Dia memandang hati dan amalan kamu." (Riwayat : Muslim)

Sebaliknya kalau kita berhakikat saja (isi tanpa kulit), maka tidak ada jaminan keselamatan dari Allah SWT. Hakikat itu akan mudah rusak, dan kita sama sekali tidak akan memperoleh apa-apa, bahkan agama Islam yang kita anut akan rusak tanpa kita sadari.

Berkata Imam Malik Rahimahullahu Taala:

Terjemahannya : "Barangsiapa berfiqih (syariat) dan tidak bertasawuf maka ia jadi fasik. Barang siapa yang bertasawuf (hakikat) tanpa fiqih maka ia adalah kafir zindik."

Artinya kita mesti mengamalkan keduanya sekaligus, yaitu syariat dan hakikat. Kalau kita pilih salah satu, kita tidak akan selamat. Kalau kita bersyariat saja tanpa dilindungi oleh hakikat, kita akan menjadi fasik. Dan kalau kita berhakikat saja tanpa dikawal oleh syariat, maka hakikat itu akan mudah rusak sehingga kita jatuh kafir zindik (kafir tanpa sadar).

Begitulah pentingnya syariat dan hakikat. Tetapi bila kedua-duanya ada, maka hakikatlah yang lebih utama.

Seperti dalam sabda Rasulullah SAW:

Terjemahannya : Allah tidak memandang rupa dan harta kamu tetapi Dia memandang hati dan amalan kamu. (Riwayat : Muslim)

Hadis itu tidak bermaksud bahwa syariat tidak penting. Bahkan syariat juga adalah hukum-hukum fardhu yang wajib diamalkan oleh seluruh umat Islam. Hanya saja dalam keadaan keduanya (syariat dan hakikat) itu sama-sama diamalkan, Allah memberi keutamaan pada amalan hakikat. Perbandingannya seperti antara kulit dan isi buah. Kedua-duanya sama penting, tetapi manusia memberi keutamaan pada isi sebab bisa dimakan.

Begitulah peranan hakikat. Peranannya menentukan berakhlak atau tidaknya seorang manusia kepada Allah dan kepada sesama manusia. Orang yang kuat amalan batinnya atau tinggi pencapaian tasawufnya adalah orang yang hatinya selalu dekat dengan Allah. Ia senantiasa merasakan kebesaran Allah, dibandingkan dirinya yang maha lemah dan senantiasa memerlukan pertolongan Allah. Ia sangat beradab dengan Allah dan dapat mengorbankan dunia untuk Tuhannya. Ia juga mampu mengasihi semua manusia, bersedia susah untuk manusia dan akan menyelamatkan manusia dari tipuan dunia, nafsu dan syaitan.

Sebaliknya orang yang lemah dalam amalan batin adalah orang yang hatinya jauh dan terpisah dari Allah. Ia tidak takut dengan Allah, tidak malu, tidak harap, dan tidak cinta kepada Allah. Ia tidak redha dan tidak sabar, kurang beradab dengan Allah, penuh hasad dengki, sombong, bakhil, dendam dan pemarah. Ia akan menjadi seorang pencinta dunia yang bekerja keras hanya untuk dunianya. Orang seperti itu selalu dibelenggu oleh kecintaan kepada dunia hingga takut berjuang dan berjihad untuk agama Allah serta untuk kehidupan akhirat yang kekal abadi.

Orang yang tidak berhakikat, sekalipun melakukan ibadah shalat, puasa, dan banyak membaca Al Quran serta gigih berjuang adalah orang yang kurang berakhlak dengan Allah dan kurang berakhlak dengan manusia.

Kurangnya amalan batin dapat menyebabkan orang-orang yang tidak berhakikat itu biasanya mati dalam dosa yang tidak sadar. Mungkin dosa karena buruk sangka dengan Allah, putus asa dengan ketentuan Allah, tidak redha dengan takdir Allah atau dosa karena merasa bahwa amalannya lah yang akan menyelamatkan dirinya dari neraka Allah.

Rasa riya', ujub atau merasa diri bersih itu pun adalah dosa batin. Dosa batin, tak seorang pun yang dapat melihatnya, bahkan diri sendiri pun tidak dapat merasakannya. Hanya orang yang mempunyai basirah (pandangan hati yang tembus) saja yang dapat mengetahuinya.

Nanti, bila Allah bukakan segala kesalahan (dosa-dosa batin itu) di akhirat, barulah manusia akan terkejut dan tersentak.

Ulama tasawuf berkata:

"Biarlah sedikit amalan beserta rasa takut pada Allah, karena itu lebih baik daripada banyak amalan tetapi tidak ada rasa takut dengan Allah. Lebih baik orang yang merasa berdosa dan bersalah dengan Allah daripada orang yang banyak amalan tetapi tidak rasa berdosa pada Allah bahkan dia merasa telah cukup dengan amalan itu."

Firman Allah :











Terjemahannya : Hari kiamat ialah hari dimana harta dan anak-anak tidak dapat memberi manfaat, kecuali mereka yang menghadap Allah membawa hati yang selamat sejahtera.(Asy Syuara: 88-89)

Hati yang selamat sejahtera ialah hati orang bertaqwa yang berisi iman, yakin, ikhlas, redha, sabar, syukur, tawakal, takut, harap dan lain-lain rasa hati dengan Allah SWT. Hati yang senantiasa merasa sehat dalam kesakitan, kaya dalam kemiskinan, ramai dalam kesendirian, lapang dalam kesempitan dan terhibur dalam kesusahan. Ia bersikap redha dengan apa saja pemberian Tuhan-Nya.

Untuk memperoleh hati yang seperti itu, kita mesti bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu untuk melakukan amalan lahir dan batin (syariat dan hakikat). Kedua-duanya akan saling mengawal untuk mengangkat kita ke taraf taqwa.

Syariat dan hakikat akan mendidik dan memimpin kita menjadi seorang insan kamil yang mampu memenuhi keinginan dan keperluan fitrah murni manusia secara suci lagi mulia. Orang seperti itulah yang Allah maksudkan sebagai golongan As Siddiqin atau golongan Al 'Arifin. Sifat mereka Allah uraikan dalam Surah Al Furqaan ayat 63-74:






















Terjemahannya : "Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang (hamba-hamba yang baik) itu ialah mereka yang berjalan di atas muka bumi dengan rendah hati dan apabila orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. Dan mereka yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka (orang-orang yang melakukan shalat tahajjud di malam hari semata-mata karena Allah). Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, jauhkanlah azab jahannam dari kami. Sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal." Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak (pula) bakhil, dan adalah (perbelanjaan itu) pertengahan. Dan mereka juga tidak mengharap (menyembah) yang lain di samping Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (orang Islam) kecuali yang dibenarkan syarak (pembunuh, penzina, murtad) dan tidak juga berzina. Barang siapa yang melakukan yang demikian itu niscaya dia akan menerima pembalasan dosanya. (Yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia kekal dalam azab itu dalam keadaan terhina. Kecuali mereka yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal soleh, kejahatan mereka Allah gantikan dengan kebajikan. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal soleh maka sesungguhnya mereka bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya. Dan orang-orang yang tidak memberikan kesaksian palsu dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka tidak menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. Dan orang-orang yang sering berdoa, "Ya Tuhan kami anugerahkanlah kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa."


Merekalah orang-orang bertaqwa yang akan memperoleh ketenangan hidup di dunia dan di akhirat. Mereka adalah tempat untuk kita mempelajari dan mencontoh kehidupan yang aman dan bahagia. Suasana seperti itu pernah terjadi, yaitu dalam kehidupan salafussoleh. Mereka telah menjalani suatu kehidupan, di mana mereka menerima dan mengamalkan sepenuhnya kehendak syariat dan hakikat. Hasilnya, mereka (para salafussoleh) menjadi orang-orang yang bahagia dan membahagiakan orang lain.

Sejarah 15 abad yang silam memberitahu kepada kita bahwa 3/4 dunia menjadi tenang, aman dan damai di bawah pemerintahan mereka. Kawan maupun lawan merasa selamat berada di dalam kekuasaan mereka. Demikianlah satu kenyataan yang membuktikan bahwa sekiranya manusia patuh menjalani syariat lahir dan batin, maka selamat dan berbahagialah mereka di dunia dan di akhirat.

Allah berfirman :









Terjemahannya : "Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal soleh di antara kamu bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Dia akan menegakkan bagi mereka agama yang telah diredhai-Nya untuk mereka dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka sesudah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang ingkar sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang fasik." (An Nur : 55).




Sumber: (Gagak Mas)

Wednesday, May 19, 2010

Software Belajar Tajwid (Digital)


Perkembangan jaman yang semakin modern dimana kesibukan dunia telah menghabiskan waktu kita untuk belajar khususnya mendalami ilmu agama. Tajwid, adalah ilmu membaca Al Quran yang sangat penting dan wajib kita pahami disaat membaca ayat2 suci Al Quran. Kesalahan membaca akan sangat berpengaruh terhadap arti/makna dari ayat tsb.

Software Belajar Tajwid ini akan membantu kita untuk belajar dan memahami ilmu Tajwid. Dengan berbasis flash, software ini juga dilengkapi visual audio yang akan lebih membantu anda dalam pengucapannya.

Untuk mendownloadnya klik di SINI.

Monday, May 17, 2010

Ujian Alloh

Alloh berfirman kapada Malaikat-Nya “Pergilah kepada Hamba-Ku. Lalu timpakanlah bermacam-macam ujian kepadanya karena Aku mau mendengar suaranya.

Hidup ini penuh dengan ujian dan cobaan. Segala sesuatu apabila tidak diuji dan dicoba, tidak nampak ke asliannya, sehingga orang tidak tau mana emas murni, dan mana loyang. Demikian pula pada manusia dan khususnya terhadap orang yang mengaku dirinya beriman, sudah tentu harus melalui ujian dan cobaan.

Firman Alloh dalam

Al-Ankabut : (29 ayat 2-3):










Apakah menusia mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan : “kami telah beriman” sedang mereka tidak diuji lagi ? (2)
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka dan benar- benar Alloh mangetahui orang-orang yang benar dan mengetahui pula orang- orang yang dusta. (3)



Al-Kahfi (18 ayat 7-8):







Dan sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang ada di bumi itu sebagai perhiasan, agar kami menguji mereka siapakah diantara mereka yang terbaik amal perbuatannya. (7)

Dan sesungguhnya kami akan menjadikan (pula) apa yang ada di atasnya menjadi tanah rata dan tandus. (8)



Ujian dan cobaan itu tidak hanya berupa kesusahan, kesulitan dan kesakitan saja, tetapi dapat juga berbentuk kesenangan, kesukaran dan kedukaan, sebagaimana Firman Alloh :

Al-Anbiya (21 ayat 35):






Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada kamilah kamu dikembalikan. (35)



Ujian Alloh dengan nikmat harta kekayaan dan berbagai kesenangan, pada hakikatnya lebih berat dari pada ujian dengan bencana, siksaan dan lain-lain. Hal ini di peringatkan oleh Alloh Swt: dengan firman-Nya :

Al-Alaq (96 ayat 6-8):





Ketahuilah ! Sesungguhnya manusia benar-benar malampui batas. (6) Karena dia melihat dirinya serba cukup. (7) Sesungguhnya hanya kepada Rab-mulah kembali. (8)


Rasululloh SAW pernah berkata :


Demi Alloh, bukanlah kakafiran atau kemiskinan yang aku kuatirkan atas kalian, akan tetapi justru aku kuatir (kalau-kalau) kemewahan dunia yang kalian dapatkan sebagaimana telah di berikan kapada orang-orang sebelum kalian, lalu kalian bergelimang dalam kemewahan itu sehingga binasa, sebagaimana mereka bergelimang dan binasa pula.


Di atas telah telah kita terangkan bahwa ujian yang terberat ialah nikmat kesenangan, sedang yang teringan ialah ujian pada tubuh, seperti terkena penyakit atau kecalakaan, ujian pada tubuh ini dimaksudkan untuk menguji kesabarannya, kerelaannya dalam menerima Qodlo dan Qodar Alloh.

Kalau ternyata ia sabar, ditetapkanNyalah pahala atau dihapus-kan sebagian dari dosa atau diangkat derajatnya, hingga ujian itu menjadi satu nikmat baginya. Sebagaimana Hadist Rasullulloh saw. :

Tidak ada seorang Muslimpun yang ditimpa gangguan semacam tusukan duri atau lebih berat dari padanya melainkan dengan ujian itu dihapuskan Alloh perbuatan buruknya serta di gugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya.

Ujian yang tiada henti-hentinya menimpa kaum mukminin pria atau wanita, yang mengenai dirinya, penyakitnya, hartanya, anaknya, tetapi ia tetap bersabar, ia akan menemui Alloh dalam keadaan tiada berdosa. Tidak ada musibah yang menimpa seperti keletihan, kelesuan, sakit, duka, susah atau gangguan sekedar tusukan duri sekalipun, melainkan dihapuskan Alloh sebagian dari dosanya.


Berkenaan dengan ujian, ujian yang terbesar kepada umat Nabi Muhammad SAW berupa harta benda dan kekayaan :

Hadist Nabi :

Sesungguhnya setiap umat ada ujian dan ujian bagi umatku ialah harta kekayaan.

Wahai anak Adam ! padamu telah ada kecukupan, namun engkau masih saja mencari-cari apa yang nantinya akan menjadikan engkau melampui batas.

Wahai anak Adam ! apabila pagi-pagi jasadmu telah diberi sehat dan afiat, merasa aman dalam lingkungannya dan memiliki makanan untuk hari ini, tak perlu kau perdulikan lagi apa yang terjadi terhadap dunia.

Adapun ujian yang menyebabkan menusia mudah tergelincir ialah mengenai Aqidah dan Agama. Banyak orang yang mengaku Muslim, beriman, termasuk Alim Ulama setelah di uji Iman dan Agamanya oleh Alloh SWT. Dengan berbagai cobaan, ternyata lemah dan terjerumus ke dalam lembah syahwat keinginannya, sehingga menjadi sesat.

“Dan diantara menusia ada yang berkata : Kami beriman kepada Alloh SWT. Tetapi apabila mendapat gangguan dan rintangan dalam melaksakan perintah Alloh, dia menganggap gangguan (fitnah) itu seakan-akan siksaan dari Alloh. Dan jika datang pertolongan dari Alloh mereka pasti akan berkata “ Sesungguhnya kami beserta kalian (kaum mukmin)” bukankah Alloh lebih mengetahui apa yang ada dalam dada manusia, dan sesungguhnya Alloh mengetahui orang-orang yang munafik.




Sumber: (Gagak Mas)

Thursday, May 13, 2010

Quran Untuk Microsoft Word 2007



Bagi anda yang sibuk berkerja/beraktifitas dengan computer, anda bisa melakukan pekerjaan anda sambil beribadah membaca Al-Quran yang sudah diintegrasikan dengan MsWord 2007.

Pada versi ini juga disertai terjemahannya. Dengan software tambahan ini juga, anda bisa memasukkan ayat2 Al-Quran ke dalam file dokumen anda.

Download di SINI.

Tuesday, April 13, 2010

Hakikat Harta


Apakah harta kita benar-benar milik kita?

Sebelum kita membahas harta yang hakiki, jawablah pertanyaan ini,
Ada 10 ekor burung sedang bertengger di atas dahan, lalu salah satu burung tersebut kita tembak dan kena, berapa sisanya? 9?

Bukan, tetapi sisanya adalah 1. Karena yang 9 ekor pergi karena kaget mendengar suara tembakan. Sedangkan yang satu tersisa, tergeletak di tanah.

Kalau kita punya uang 10 juta, lalu kita sumbangkan 1 juta ke masjid, berapa yang tersisa milik kita? Untuk menjawab pertanyaan ini marilah kita simak dialog Rasul dengan Aisyah.

Pada suatu saat rasulullah s.a.w. memotong domba, daging-daging yang enak dibagikan kepada tetangganya sehingga hanya menyisakan kaki-kakinya nya. Rasul bertanya, “wahai Aisyah, apakah yang tersisa untuk kita? Aisyah menjawab, “yang tersisa untuk kita tinggal kaki-kakinya” rasulullah dengan tersenyum bersabda, “sesungguhnya semua tersisa untuk kita kecuali kaki-kakinya”

Yang saya maksud harta kita adalah harta yang benar-benar milik kita secara hakiki. Harta yang terus menjadi milik kita selamanya.

Inilah yang seharusnya menjadi Paradigma kita terhadap harta.

Ketahuilah bahwa harta yang ada di genggaman kita sekalipun belum tentu milik kita. Meskipun kita simpan di bank yang paling aman, meskipun kita menyewa tim keamanan yang paling canggih. Karena jika ajal kita tiba, maka harta itu bukan lagi milik kita. Satu-satunya cara agar harta kita aman dan akan menjadi terus milik kita adalah kita shadaqah-kan.

Karena harta ketika kita shadaqahkan, harta itulah yang akan menemani kita baik di alam kubur maupun di hari kiamat nanti. Sehingga perhitungannya ketika kita memiliki uang 10.000, lalu kita shadaqahkan 2.000 maka yang tertinggal untuk kita adalah 2.000 itu. Yang 8.000 mungkin masuk ke badan kita lalu tak lama kemudian keluar lagi.
Maka tidak heran Rasulullah pernah berqurban 100 ekor unta namun wafat hanya meninggalkan 7 dirham. Itupun segera dishadaqahkan.

Mari kita simak sabda beliau yang indah

Orang yang cerdas adalah orang yang mengevaluasi diri dan berbuat untuk masa setelah kematian. Dan orang yang lemah (akal) adalah orang yang memperturutkan hawa nafsu dan memimpikan Allah (H.R. Ahmad)

Mari kita perhitungkan berapa persen dari harta kita yang benar-benar milik kita?
Celaka besar seseorang yang memiliki banyak harta, yang ketika belum sempat menshadaqahkan hartanya namun terlebih dahulu meninggal dunia. Saat itu ia tidak lagi memiliki harta yang dengan susah payah ia kumpulkan, namun tetap dimintai pertanggung jawaban akan harta yang ia kumpulkan. Lebih celaka lagi jika harta warisannya digunakan untuk berbuat maksiat oleh ahli warisnya dan dalam pembagiannyapun terjadi “cakar-cakaran” antar anggota keluarga. Ini adalah musibah yang sangat besar.



Sumber: (Qalbu.net)

Monday, February 15, 2010

Suara Wanita Dalam Shalat

Bagaimanakah batas suara ”Jahar” dan “Sir” bagi wanita dalam shalat? Terdapat beberapa pendapat sebagai berikut:

1. Maliki,

Wanita tidak seperti pria dalam men-jahar. Bagi wanita, menjahar sekedar terdengar untuk dirinya sendiri. Begitu-lah suara tertinggi dan suara terendah bagi wanita dalam shalat. Dan karena suara wanita sering menyebabkan datangnya fitnah, maka wanita tidak dibolehkan adzan.

2. Syafi’I,

Wanita boleh menjahar dalam shalat yang di hadiri sesama wanita, tanpa ada laki-laki asing yang mendengar. Kadar (batas) suara ‘sir’ bagi wanita ialah sekedar kedengaran untuk dirinya sendiri.

3. Hanbali,

Wanita tidak disunnahkan jahar. Tetapi tidak mengapa dia jahar bila tidak kedengaran oleh laki-laki asing. Jika ada laki-laki asing yang mendengar, dia harus berhenti men-jahar.

4. Hanafi,

Karena suara wanita menurut mahdzab ini tidak ‘aurat, maka hokum jahar bagi wanita dalam shalat tidak berbeda dengan hokum yang ditetapkan bagi laki-laki. Tetapi dengan syarat, wanita tidak boleh melagukan bacaan yang dibacanya sehingga timbul suara tinggi rendah yang teratur dan membangkitkan nafsu syahwat laki-laki yang mendengarnya. Jika demikian, maka suara itu adalah ‘aurat dan menjahar dalam shalat dengan menjahar begitu, membatalkan shalat. Karena itu wanita dilarang adzan.



Sumber: (Blog Catalog)

Pintu Syurga Mana saja untuk Muslimah




Rasulullah saw telah merangkum kunci surga muslimah dalam empat perkara,
1- Menjaga Shalat Lima Waktu.
2- Berpuasa di bulannya.
3- Menjaga Kehormatannya.
4- Menaati Suaminya.

Dari Abdurrahman bin Auf berkata, Rasulullah saw bersabda,




“Jika seorang wanita menjaga shalat lima waktu, berpuasa pada bulannya, menjaga kehormatannya dan menaati suaminya, niscaya dia masuk surga dari pintu mana saja yang dia inginkan.”(HR. Ahmad nomor 1661, hadits hasan lighairihi).

Satu hal yang terpetik dari sabda Nabi saw di atas adalah bahwa beliau hanya menyebutkan perkara-perkara yang masuk ke dalam jangkauan seorang muslimah, di mana seorang muslimah mampu melaksanakannya tanpa bergantung kepada orang lain atau bergantung kepada suaminya, di sini Rasulullah saw tidak menyinggung, misalnya, haji, karena pelaksanaan ibadah ini oleh seorang muslimah bergantung kepada suatu perkara yang mungkin tidak dimilikinya, seperti tersedianya bekal haji atau tersedianya mahram, di sini Rasulullah saw juga tidak menyinggung zakat, karena perkaranya kembali kepada kepemilikan harta dan pada umumnya ia berada di tangan kaum laki-laki, karena harta adalah hasil bekerja dan yang bekerja pada dasarnya adalah kaum laki-laki.


Kunci pertama, Menjaga Shalat Lima Waktu

Shalat adalah ibadah teragung, hadir setelah ikrar dua kalimat syahadat, satu-satunya ibadah yang tidak menerima alasan ‘tidak mampu’, wajib dikerjakan dalam keadaan apa pun selama hayat masih dikandung badan dan akal masih bekerja dengan baik, pembatas antara seseorang dengan kekufuran dan kesyirikan, tidak heran jika suatu ibadah dengan kedudukan seperti ini merupakan salah satu kunci surga.

Jika menjaga shalat adalah kunci surga, maka sebaliknya menyia-nyiakannya adalah gerbang neraka, ketika para pendosa dicampakkan ke dalam neraka, mereka ditanya, apa yang membuat kalian tersungkur ke dalam neraka? Mereka menyebutkan rentetan dosa-dosa yang diawali dengan meninggalkan shalat.

Firman Allah, “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?’ Mereka menjawab, ‘Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat.”(Al-Muddatstsir: 42-43).

Perkara menyia-nyiakan shalat tidak jarang terjadi pada kaum muslimin secara umum dan kaum muslimat secara khusus, banyak alasan dan hal yang membuat mereka terjerumus ke dalam perbuatan tidak terpuji ini, di antara mereka ada yang menyia-nyiakan shalat karena malas dan meremehkan, di antara mereka ada yang terlalaikan oleh kesibukan hidup, sibuk bekerja, sibuk memasak, sibuk mengurusi rumah tangga, sibuk mengurusi anak-anak dan suami, sibuk dengan kegiatan-kegiatan lainnya sehingga ibadah shalat terbengkalai, padahal ibadah shalat tidak menerima alasan apa pun yang membuatnya tersia-siakan, dan Allah telah memperingatkan kaum muslimin agar tidak terlalaikan oleh dunia dari mengingatNya, termasuk mengingatNya melalui ibadah shalat.

Firman Allah, “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (Al-Munafiqun: 9).

Menjaga shalat lima waktu mencakup menjaga waktunya dalam arti melaksanakannya tepat waktu, tidak menundanya dan mengulur-ulur waktunya sampai waktunya hampir habis, atau bahkan membiarkannya habis, ini adalah shalat orang-orang munafik, dan seorang muslimah tidak patut bermental munafik dalam ibadah shalat.

Menjaga shalat mencakup menjaga syarat-syarat dan rukun-rukunnya di mana shalat tidak sah tanpanya, menjaga wajib-wajib dan sunnah-sunnahnya yang merupakan penyempurna bagi ibadah shalat, semua ini menuntut seorang muslimah untuk belajar dan membekali diri dengan ilmu yang shahih tentang shalat. Tanpa ilmu yang shahih tidak akan terwujud menjaga shalat.


Kedua, Berpuasa di bulannya

Puasa di bulan Ramadhan adalah salah satu kunci surga, lebih dari itu di surga tersedia sebuah pintu khusus bagi orang-orang yang berpuasa yang dikenal dengan ‘ar-Rayyan’, pintu masuk para shaimin secara khusus, jika mereka telah masuk maka ia akan ditutup.

Di samping berpuasa sebagai kunci surga, ia juga merupakan tameng dan pelindung dari neraka, Rasulullah saw menyatakan, ash-shaumu junnah, puasa adalah tameng atau pelindung, yakni dari api neraka.

Karena puasa merupakan salah satu kunci surga sekaligus pelindung dari neraka maka seorang muslimah harus menjaganya, dalam arti melaksanakannya dengan baik, memperhatikan syarat, rukun dan pembatalnya, karena tanpanya dia tidak mungkin berpuasa dengan baik.

Seorang muslimah juga harus memperhatikan perkara qadha puasa Ramadhan di hari-hari lain jika dia mendapatkan halangan pada bulan Ramadhan sehingga tidak mungkin berpuasa secara penuh, jangan sampai Ramadhan berikut hadir sementara dia belum melunasi hutang puasanya, perkara mengqadha puasa di hari lain ini sering terlupakan atau terabaikan, karena kesibukan hidup, padahal ia adalah hutang yang jika tidak dilaksanakan maka seorang muslimah tidak bisa dikatakan telah berpuasa di bulannya, selanjutnya dia gagal meraih kunci kedua dari kunci-kunci masuk surga, dari sini bersikap hati-hati dengan menyegerakan qadha adalah sikap bijak, karena penundaan terkadang malah merepotkan dan menyulitkan.
(Izzudin Karimi)

Ketika Rasulullah saw mengabarkan bahwa wanita merupakan penghuni neraka paling besar, beliau ditanya, mengapa? Beliau menjelaskan sebabnya, karena wanita sering ‘kufur’ kepada keluarga, sering mengeluh, jika suami berbaik-baik kepadanya seumur-umur, lalu dia melihat yang tidak baik dari suami walaupun hanya sekali, maka dia akan berkata, ‘Aku tidak melihat kebaikan apa pun pada dirimu.’ Oleh karenanya Rasulullah saw mengajak para wanita agar memperbanyak bersedekah sebagai penyeimbang, lebih dari itu Rasulullah saw juga memberikan jalan dan pintu tersendiri bagi wanita agar selamat dari neraka dengan meraih kunci surga.

Kunci ketiga, Menjaga Kehormatan

Surga hanya bisa diraih dengan keshalihan, hanya wanita shalihah yang akan masuk surga, shalihnya seorang wanita dibuktikan dengan beberapa sifat dan akhlak, salah satunya dan yang terpenting adalah menjaga kehormatan diri.
Firman Allah, “Wanita yang shalih ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada karena Allah telah memelihara (mereka).” (An-Nisa`: 34).
Ayat ini menetapkan bahwa memelihara diri meruapakan wujud dari ketaatan seorang wanita shalihah kepada Allah kemudian kepada suaminya.

Nabi saw bersabda,



“Sebaik-baik wanita adalah wanita yang jika kamu melihat kepadanya maka kamu berbahagia, jika kamu memerintahkannya maka dia mentaatimu, jika kamu bersumpah atasnya maka dia memenuhinya dan jika kamu meninggalkannya maka dia menjagamu pada diri dan hartamu.” (HR. an-Nasa`i)

Menjaga kehormatan berarti membentengi diri dari perkara-perkara yang mencoreng dan merusak kehormatan, yang menodai dan menggugurkan kemuliaan, dengan tetap bersikap dan bertingkah laku dalam koridor tatanan syariat yang suci lagi luhur.

Menjaga kehormatan di zaman di mana ajakan dan propaganda kepada kerusakan dan perbuatan keji semakin meningkat dan menguat, seruan dan arus serangan yang ditujukan kepada wanita-wanita muslimah dengan agenda dan maksud terselubung dan tersembunyi semakin gencar dan bergelombang, menjaga kehormatan di zaman seperti ini terasa demikian sulit dan berat, para penyeru dan para jurkam kerusakan membidik wanita muslimah sebagai sasaran, mereka memakai dan menggunakan cara-cara yang melenakan dan menggiurkan dengan nama kemajuan, modernisasi, pemberdayaan, pengentasan, pembebasan dan kedok-kedok palsu lainnya, zhahiruhu fihi ar-rahmah, wa bathinuhu ya`ti min qibalihi al-adzab, racun di balik kelembutan ular berbisa.
Dari sini maka seorang wanita muslimah harus jeli dan cermat sehingga dia tidak termakan oleh rayuan gombal para serigala yang berbulu domba dan musang berbulu ayam, hendaknya seorang muslimah tetap berpegang kepada aturan-aturan dan rambu-rambu Islam yang luhur lagi suci karena di sanalah terkandung kebersihan dan kesucian diri, hendaknya seorang muslimah menimbang dan mengukur setiap seruan dan ajakan dengan timbangan dan ukuran syar’i yang baku dan menyeluruh, hal ini agar dia selamat dan tidak terjerumus ke dalam perkara-perkara yang merusak kemuliaan dan kehormatannya.


Keempat, Menaati Suami

Menaati suami merupakan lahan dan medan besar dan luas bagi seorang muslimah, ia merupakan ladang ibadah bagi seorang muslimah yang sesungguhnya setelah penghambaannya kepada Rabbnya.



Sumber: (Blog Catalog)

Thursday, February 11, 2010

Software Juz Amma

Software ini berisi surah2 Al-Quran disertai terjemahannya. Bagi kita yang disibukkan dengan pekerjaannya, bisa membacanya di waktu luang hanya di depan monitor komputer kita.



Download di sini.

Software Pengingat Waktu Sholat

Kesibukan bekerja membuat kita terlupa dengan waktu sholat.
Software ini akan menjadi pengingat kita untuk lebih memperhatikan waktu sholat sebagai hamba yang mencitai Allah SWT. Amin


Download di sini.

Tuesday, February 9, 2010

TATA CARA PELAKSANAAN SHOLAT SUNAT LIDAF'IL BALA PADA HARI RABU TERAKHIR BULAN SHOFAR

Sholat Sunat Lidaf'il Bala Rabu Terakhir bulan Shofar pada tahun ini dilaksanakan pada tanggal 10 Pebruari 2010. dilaksanakan pada pagi hari setelah sholat Isyraq, Isti'adzah dan Istikharah.

Pelaksanaan sholat sunat Lidaf'il Bala diambil dari keterangan yang tercantum dalam kitab al-Jawahir al-Khomsi halaman 51-52. dilaksanakan pada pagi hari Rabu terakhir bulan Shofar, sebanyak 4 rakaat 2 kali salam. Niatnya :



Setiap rakaat ba'da fatihah membaca :
- Surat al-Kaustar 17 kali,
- Surat al-Ikhlash 5 kali,
- Surat al-Falaq dan an-Nas masing-masing 1 kali

Sebelum melaksanakan sholat membaca istighfar :




Saya memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung. Saya mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Tuhan yang hidup terus dan berdiri dengan sendiri-Nya. Saya mohon taubat selaku seorang hamba yang banyak berbuat dosa, yang tidak mempunyai daya upaya apa-apa untuk berbuat mudharat atau manfaat untuk mati atau hidup maupun bangkit nanti.

Do'a setelah shalat lidaf'il Bala:



Artinya : "Ya Alloh, aku berlindung kepada-Mu dengan kalimat-Mu yang sempurna dari angin merah dan penyakit yang besar di jiwa, daging, tulang dan urat. Maha Suci Engkau apabila memutuskan sesuatu hanyalah berkata kepadanya, "Jadilah" maka "jadilah ia".


Sumber: (Ponpes Suryalaya)

Denyutkan nadimu dengan Dzikrulloh