Apakah harta kita benar-benar milik kita?
Sebelum kita membahas harta yang hakiki, jawablah pertanyaan ini,
Ada 10 ekor burung sedang bertengger di atas dahan, lalu salah satu burung tersebut kita tembak dan kena, berapa sisanya? 9?
Bukan, tetapi sisanya adalah 1. Karena yang 9 ekor pergi karena kaget mendengar suara tembakan. Sedangkan yang satu tersisa, tergeletak di tanah.
Kalau kita punya uang 10 juta, lalu kita sumbangkan 1 juta ke masjid, berapa yang tersisa milik kita? Untuk menjawab pertanyaan ini marilah kita simak dialog Rasul dengan Aisyah.
Pada suatu saat rasulullah s.a.w. memotong domba, daging-daging yang enak dibagikan kepada tetangganya sehingga hanya menyisakan kaki-kakinya nya. Rasul bertanya, “wahai Aisyah, apakah yang tersisa untuk kita? Aisyah menjawab, “yang tersisa untuk kita tinggal kaki-kakinya” rasulullah dengan tersenyum bersabda, “sesungguhnya semua tersisa untuk kita kecuali kaki-kakinya”
Yang saya maksud harta kita adalah harta yang benar-benar milik kita secara hakiki. Harta yang terus menjadi milik kita selamanya.
Inilah yang seharusnya menjadi Paradigma kita terhadap harta.
Ketahuilah bahwa harta yang ada di genggaman kita sekalipun belum tentu milik kita. Meskipun kita simpan di bank yang paling aman, meskipun kita menyewa tim keamanan yang paling canggih. Karena jika ajal kita tiba, maka harta itu bukan lagi milik kita. Satu-satunya cara agar harta kita aman dan akan menjadi terus milik kita adalah kita shadaqah-kan.
Karena harta ketika kita shadaqahkan, harta itulah yang akan menemani kita baik di alam kubur maupun di hari kiamat nanti. Sehingga perhitungannya ketika kita memiliki uang 10.000, lalu kita shadaqahkan 2.000 maka yang tertinggal untuk kita adalah 2.000 itu. Yang 8.000 mungkin masuk ke badan kita lalu tak lama kemudian keluar lagi.
Maka tidak heran Rasulullah pernah berqurban 100 ekor unta namun wafat hanya meninggalkan 7 dirham. Itupun segera dishadaqahkan.
Mari kita simak sabda beliau yang indah
Orang yang cerdas adalah orang yang mengevaluasi diri dan berbuat untuk masa setelah kematian. Dan orang yang lemah (akal) adalah orang yang memperturutkan hawa nafsu dan memimpikan Allah (H.R. Ahmad)
Mari kita perhitungkan berapa persen dari harta kita yang benar-benar milik kita?
Celaka besar seseorang yang memiliki banyak harta, yang ketika belum sempat menshadaqahkan hartanya namun terlebih dahulu meninggal dunia. Saat itu ia tidak lagi memiliki harta yang dengan susah payah ia kumpulkan, namun tetap dimintai pertanggung jawaban akan harta yang ia kumpulkan. Lebih celaka lagi jika harta warisannya digunakan untuk berbuat maksiat oleh ahli warisnya dan dalam pembagiannyapun terjadi “cakar-cakaran” antar anggota keluarga. Ini adalah musibah yang sangat besar.
Sumber: (Qalbu.net)
Artikel Kategori
- Akhlak (3)
- Download Artikel (6)
- Fiqh (2)
- Hadits (3)
- Info (1)
- Jadwal Manaqib (1)
- Renungan (3)
- Tashowuf (9)
- Tata Cara (1)
- Tauhid (2)
Tuesday, April 13, 2010
Hakikat Harta
Kumpulan Artikel
Taushiah
- Guru berkata "Lakukanlah Ajaran dan kebaikan yang diberikan dengan Istiqomah. Kalau tidak bisa sekaligus, lakukan setahap demi setahap. Hal itu sama dengan membangun benteng diri yang kokoh. Ibarat menabung, mula-mula sedikit tetapi karena terus- menerus, tidak terasa jumlahnya semakin banyak. Inilah amalan yang dicintai Alloh SWT, sedikit tetapi ISTIQOMAH." Rosululloh SAW bersabda:"...Dan ketahuilah bahwa amal yang paling disukai Alloh ialah amal yang dikerjakan secara terus-menerus walaupun sedikit." (HR. Bukhari, Muslim dan Nasai).
- Wamaa naziltu bikalimatin a'dzomu min kalimati Laa Ilaaha Illalloh. "Aku (Alloh) tidak menurunkan kalimat yang lebih agung dari kalimat LAA ILLAAHA ILLALLOH." (Malaikat Jibril)
- Harta kekayaan itu pelayan kamu, dan kamu adalah pelayan Allah. Sumber: (Wasiat Syekh Abdul Qodir Jaelani - PPS)
- Ilmu dzohir adalah Syariat, ilmu bathin adalah Ma’rifat, keduanya harus dipadukan menjadi Hakikat. Ibadah yang sempurna hanya diwujudkan dengan perpaduan dzohir dan bathin.
Kirim Pesan Anda di sini
Followers
***( )***
BISMILLAHIRROHMANIRROHIM…
Assalamu’alaikum Wr. Wb,
Alhamdulillah, blog ini bisa disajikan bagi saudara-saudara yang memerlukan informasi kajian ilmu-ilmu Islam. Penyusun menyadari bahwa blog ini masih jauh dari sempurna, dan masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahannya. Oleh karenanya penyusun berharap saudara semua berkenan untuk memberikan sumbangsih berupa saran dan kritik demi perbaikan dimasa mendatang.
Tujuan daripada blog ini tiada lain adalah ingin memberikan ilmu kajian agama yang penyusun dapatkan dari sumber-sumber lain baik itu dimedia cetak (buku-buku) ataupun dari situs lain yang menyajikan kajian-kajian ilmu agama Islam.
Blog ini hanyalah jembatan informasi yang peyusun petik dari sumber-sumber lain yang mungkin bisa membawa manfaat. Kajian yang disampaikan dikutip berdasarkan bahasa asli dari sumbernya dan bukan karangan semata dari penyusun pribadi. Karena penyusun sendiri menyadari masih membutuhkan banyak belajar dan bukan ahli amal, ahli ibadah, ahli sunah, atau ahli agama lainnya. Tetapi dengan keyakinan ingin mengajak untuk belajar bersama-sama dalam menambah ilmu agama Islam.
Untuk itu disetiap postingan yang akan disajikan, akan disertakan pula sumber dimana ilmu tersebut diambil.
Demikian, semoga Allah melindungi kita semua dan memberikan bimbingan selalu kepada setiap hati manusia yang merindukan-Nya.
Semoga Allah memaafkan jika ada kesalahan dan kekurangan khususnya dalam, pada, dan selama blog ini masih ada.
Terimakasih, selamat membaca!
Wassalamu’alaikum Wr, Wb.
***( )***
Taushiah Sesepuh
AKHIRAT LEBIH BAIK DARI DUNIA
... Yen dunya teh kudu dipake pikeun bekel di akherat. Pepelakan supaya meunang hasil di akherat. Sing saha nu teu pepelakan di dunya, di akherat moal barang ala. Ari akherat teh dibagi dua. Nu akhir ceuk urang ayeuna. Melak sampeu tina tangkal nu ngan sajeungkal ari akhirna tangkal jadi sadeupa. Aya keur pelakeun deui sapuluh tangkaleun. Tambah deui pucukna bisa diseupan, daunna di ka embekeun. Ari beutina aya puluhna.
(Terjemahan Bebas
Contohnya : Menanam pohon singkong yang awalnya/permulaan panjangnya hanya sejengkal maka akhirnya jadi sedepa (selengan) yang bisa ditanam kembali untuk 10 pohon singkong. Selain itu, pucuknya bisa direbus untuk lalapan, daunnya untuk kambing dan tentu saja umbi singkongnya yang banyak untuk kita. Betapa Maha Kasihnya Allah itu. Jadi akhir itu lebih baik daripada awal. Kehidupan Akhirat Lebih Baik daripada Kehidupan Dunia.
Sumber: (Ponpes Suryalaya)