Wednesday, December 31, 2008

Spekulasi Akhirat

Seorang ustadz ditanya oleh santrinya, apakah betul akhirat itu ada? Bagaimana kalau tidak ada, bukankah sia-sia semua kebaikan yang sudah kita lakukan, dan kita rugi karena telah melakukan yang sia-sia? Sang ustadz kemudian menjawab…

Ada beberapa spekulasi untuk menjawab pertanyaan tersebut, yaitu:
1. Meyakini keberadaan Tuhan dan berbuat baik.

a. Seandainya akhirat dan Tuhan tidak ada.

• Rugikah kita dengan ibadah yang sudah kita lakukan? Tidak, karena semua gerakan shalat yang kita lakukan sangat bermanfaat bagi kesehatan kita. Pada shalat ada manfaat peregangan (stretching) terhadap otot-otot tubuh. Dengan berhaji orang tetap dapat menikmati perjalanan wisata, mengunjungi tempat-tempat baru yang membangkitkan inspirasi, mengenal sejarah masa lalu, berjumpa dengan banyak orang yang berasal dari aneka ragam budaya dan warna kulit.

• Makanya jangan asal beragama. Pilihlah agama yang ajaran ritualnya membawa manfaat secara fisik, psikis, maupun sosial. Menganut agama yang ajaran-ajaran ritualnya tidak bermanfaat duniawi seperti puasa terus menerus sepanjang siang malam berhari-hari, melibatkan pengurbanan jiwa dan harta yang tiada guna, apalagi ritual yang membahayakan diri dan martabat seperti pembunuhan dan pemujaan kultus, jelas sangat merugikan.

• Dari segi waktu, ibadah yang kita lakukan pun tidak terlalu banyak menyita waktu. Shalat hanya beberapa puluh menit dalam sehari.

b. Seandainya akhirat dan Tuhan ada.

• Bahagialah kita, karena semua ibadah kita akan mendapatkan ganjaran dari-Nya. Kita akan mendapatkan kehidupan akhirat yang abadi dalam kesenangan.

• Kita beruntung dunia akhirat, ibadah-ibadah di dunia menyehatkan kita dan memberi kesenangan, di akhirat pun kita mendapat balasan dari ibadah itu.

2. Tidak meyakini keberadaan Tuhan dan akhirat, serta tidak beramal saleh.

a. Seandainya akhirat dan Tuhan tidak ada:

• Sekilas mungkin kita terlihat beruntung, karena tidak perlu berpayah-payah melakukan ibadah dan dapat memuaskan hawa nafsu dengan berbagai maksiat dan minuman keras. Tapi bukankah apa yang dilarang oleh agama itu memang bermanfaat bagi tubuh dan jiwa manusia?

• Kebaikan-kebaikan yang kita lakukan di dunia akan menyisakan nama baik bagi sejarah hidup kita. Anak cucu kita pun dapat berbangga karenanya.

b. Seandainya akhirat dan Tuhan ada:

• Habislah kita babak belur. Tak beriman dan tak beramal saleh, bukan saja mengundang murka Tuhan tapi juga menyebabkan kita berhutang kejahatan kepada orang lain. Di akhirat Tuhan akan mempertemukan kita dengan orang-orang yang pernah menderita karena kejahatan kita. Tuhan mengizinkan mereka menuntut balas atas diri kita, menggugat pengembalian hak-hak mereka yang kita ambil.

• Dengan apa kita membayarnya? Dengan pahala-pahala kebaikan kita.

• Bagaimana kalau pahala itu tak mencukupi? Dosa-dosa mereka akan dipindahkan kepada kita.


Dari berbagai spekulasi di atas maka pilihan yang terbaik adalah tetap beriman kepada Tuhan dan akhirat serta berbuat baik kepada sesama makhluk.




Sumber: (Oleh: Wahfiudin)

Tuesday, December 16, 2008

CARI JODOH

Oleh Siti Aisyah Nurmi

............................


Aktivitas cari jodoh itu ada dan sudah sejak zaman dahulu banyak budaya melakukannya Konon budaya valentin didasari budaya semacam itu.

Apa ada aktivitas cari jodoh? Atau…apakah jodoh memang harus dicari? Yang pasti, setiap orang normalnya ingin menikah. Meskipun ada yang karena satu dan lain hal menjadi tak ingin atau tidak ditakdirkan berjodoh di dunia.

Aktivitas cari jodoh itu ada dan sudah sejak zaman dahulu banyak budaya melakukannya. Konon budaya valentin didasari budaya semacam itu.

Apakah Islam juga menyediakan aktivitas ini untuk muda-mudi kita? Sejujurnya penulis belum pernah menemukan sebuah ritual resmi atas nama Islam tentang ini, yang ada dan cukup banyak adalah berbagai arahan tentang mencari jodoh, memilih, dan memutuskan yang mana.

Mencari jodoh:

Ada sebuah tuntunan sangat praktis langsung dari Allah SWT.

” Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga).” (An Nur 26).

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT sudah menjodohkan setiap orang bersesuaian jiwanya satu sama lain, mereka yang ”sesuai” akan cenderung betah satu sama lain dan karenanya akan mudah berjodoh. Jika kita masih lajang dan ingin cari jodoh, maka jika kita ingin mendapat jodoh yang baik berarti kitalah yang lebih dahulu harus menjadikan diri kita baik, maka Insya Allah kita akan dijodohkan dengan yang baik oleh Allah. Mudah ’kan? Itu langkah adalah langkah pertama.

Langkah pertama ini jika diyakini dengan sepenuh hati Insya Allah menjadi doa sekaligus usaha yang diajukan kepada Allah SWT tentang calon pendamping seperti apa yang kita inginkan.

Apakah kriteria ”baik” itu? Bagaimanakah kita ingin jodoh yang baik dengan cara kita berusaha menjadi baik terlebih dahulu?

Ketaqwaan adalah ukuran baku dari Allah SWT. Kadar ketaqwaan ini berdampak luas kepada semua sisi kehidupan seorang manusia. Ketika ia sedang diuji dengan kesenangan, ia akan bersyukur dengan pas, tepat, akurat, sehingga Allah menambah nikmat dariNya. Ketika ia diuji dengan musibah dan kesulitan, ia bersabar, sehingga Allah bertambah menyayanginya dan memberikan pahala yang banyak.

Hanya saja angka ketaqwaan tak dapat ditera manusia. Hanya Allah-lah yang Maha Tahu kadar ketaqwaan manusia. Bahkan si manusia itu sendiri tak pernah tahu berapa derajat ketaqwaannya, sebab ia sebagai manusia selain sarat dengan khilaf, lupa dan lalai, juga seringkali tidak mempertajam matahatinya sehingga semakin buta hakikat.

Manusia hanya mampu ”khawatir tak diterima Allah” (khouf) dan berharap ”agar ia diterima oleh Allah” (roja’). Khouf dan Roja’ ini seyogyanya ada dalam diri manusia yang sadar ia manusia yang sangat mungkin salah. Panjang lebar berbagai ulama modern maupun ulama salaf membahas dalam topik-topik tentang taqwa dan manajemen hati. Di situlah taqwa dibina.

Orang yang terbiasa mengelola hatinya Insya Allah juga mampu memprogram dirinya untuk maju menjadi lebih baik setiap harinya tanpa terjebak rasa sombong dan pongah bahwa ia sudah sampai kepada ”maqom” taqwa padahal sesungguhnya belum. Alah bisa karena biasa. Pepatah ini benar adanya.

Hendaknya kaum muda sibuk mengelola hatinya, sibuk meningkatkan taqwanya dengan keyakinan itulah kelak tiketnya ke surga dan ke pelaminan. Janganlah kaum muda muslim harapan ummat malah sibuk ”te-pe te-pe” (tebar pesona) di berbagai mal maupun layar kaca atau media lain dalam rangka membangun masa depan mereka.

Ada yang pernah bertanya kepada penulis: kalau begitu kapan berkesempatan berkenalan dengan orang banyak? Kalau sibuk menata hati kapan berjumpa orang-orang yang potensial menjadi calon? Bukankah harus ”gaul”?

Tergantung apa makna ”gaul”. Jika ”gaul” bermakna harus ikut segala tren dan mode, segala hura-hura dan pesta-pesta, maka itu tak perlu. Berapa banyak remaja dan anak muda justru terjebak mendapat jodoh buruk di tempat pergaulan semacam itu, dan bahkan bertemu dengan narkoba!

Bergaul normal, sebagaimana aktivitas sehari-hari, itu cukup. Bahkan aktivitas zaman ini tidak terbatas di lingkungan fisik belaka, ada dunia maya yang juga dapat menjadi ajang silaturahim. Sejak ketemu di dunia maya, lanjut ke dunia nyata, maka selanjutnya terserah anda.

Itu cukup, asalkan dalam bergaul sehari-hari, patokan bergaul terus dipegang sesuai aturan Islami. Ini sangat penting.

Dalam pergaulan, cara seseorang bergaul akan menentukan siapa selanjutnya kawannya. Seorang gadis yang berhati-hati dalam bergaul maka sikapnya akan menyingkirkan
pemuda mata-keranjang sebab gadis ini ogah diperlakukan sembarangan. Sebaliknya jika si gadis selalu memberi ”lampu hijau” bagi teman-teman prianya untuk memperlakukan dirinya dengan sembarangan, maka dirinya hanya akan dipermainkan kemudian dicampakkan.
Jangan khawatir sikap yang ”penuh aturan” ini akan menjauhkan teman, sebaliknya, akan menseleksi dengan baik. Lagipula, buat apa punya teman yang hanya ingin mempermainkan?
Allah SWT tak pernah lupa dan tak pernah tidur. Allah SWT selalu memberikan kita bimbingan dan petunjuk, asal saja kita mau melihatnya.

Allah juga selalu menguji kita, hanya saja kita sering tak sadar. Kadang kita menyangka sedang ditawarkan sesuatu yang baik karena seolah indah dan baik (tampaknya), padahal sesungguhnya itu adalah ujian yang harus kita hindari dan jauhi karena di balik itu ada keburukan tersembunyi dan bahaya kepada agama.

Ada banyak anak muda muslim dan muslimah yang tertipu dengan manusia-manusia penuh misi pemurtadan. Para misionaris ini memang sengaja menjadi ”kawan terbaik” bagi calon sasarannya. Tujuannya adalah menjadi kawan akrab, kemudian, pacar, kemudian menikahi, kemudian memurtad-kan.

Entah ini memang sebuah gerakan terselubung atau hanya aktivitas pribadi, yang pasti fenomena ini sudah sangat banyak dan sudah berlangsung sejak puluhan tahun di bumi pertiwi ini. Ahh, andai saja setiap pemuda-pemudi muslim tetap berpegang pada aturan Islam dalam bergaul, berteman, bersahabat apalagi mencari jodoh, niscaya segala kisah pemurtadan seperti itu tak pernah terjadi. Waspadalah.


Wallahua’lam .



Sumber: (eramuslim.com)

.................................

Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ]

Denyutkan nadimu dengan Dzikrulloh