Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; Sesungguhnya dia Maha mengetahui segala isi hati.
(QS. Al Mulk/67 ayat 13)
Dalam Alquran pada surat tersebut di atas dijelaskan bahwa dzikir itu terbagi 2, yaitu;
* Dzakaro yang artinya menyebut, dimana bisa menyebut Dzat, Sifat/Atribut, Martabat, atau Ayat Allah.
Pada dzikir ini berhubungan dengan mulut (jahri) yang mengandung maksud adalah dzikir dengan suara keras dimana orang lain di sekitar bisa mendengarnya.
Bacaan yang dilantunkan bisa;
• ALHAMDULILLAH (TAHMID)
• ALLOHU AKBAR (TAKBIR)
• SUBHANALLOH (TASBIH)
• LAAILAAHA ILLALLOH (TAHLIL)
• Dst
* Atau Dzakaro yang mengandung arti mengingat, mengenang, merasakan, menyadari atas adanya Allah.
Dzikir ini berhubungan dengan Qolbu (hati), karena sifatnya yang rahasia (sirri/khofi).
Dzikir ini tidak diketahui atau didengar oleh orang di sekitarnya. Hanya orang itu sendiri dan Allah SWT yang tahu.
Untuk bisa mendapatkan atau belajar dzikir sirri/khofi ini tidak sembarang orang bisa memberikannya. Hanya seorang Mursyid Kamil-Mukamil yang bisa menberikannya. Yaitu seorang khalifah pada masanya yang diberikan tingkat keimanan dan ketakwaan luar biasa terhadap Allah SWT. Jika orang tidak mencarinya, maka niscaya tidak akan bisa mendapatkannya dan sudah barang tentu tidak mempunyai dzikir sirri/khofi ini.
Karena dzikir ini tidak menggunakan mulut melainkan hati/qolbu, maka sudah barang tentu tidak akan terbatas oleh waktu, tempat. Kapanpun dan dimanapun bisa melakukan dzikir ini. Tidak seperti halnya dzikir jahri yang sangat terbatas oleh waktu dan tempat. Tidak mungkin orang yang berjualan sambil melantunkan dzikir jahri seperti Tahmid, Takbir, Tasbih, atau Tahlil seperti halnya pada saat selesai sholat di mesjid/di rumah. Tidak mungkin orang yang sedang makan dimana mulutnya penuh oleh makanan bisa melantunkan dzikir jahri ini. Dan masih banyak contoh lain yang bisa kita temukan sehari-hari dimana kita sangat terbatas untuk melakukan dzikir jahri ini. Bahkan pada saat sekaratul maut menghampiri, dimana kita sudah tidak bisa apa-apa, sudah tidak bisa berbicara, tidak bisa makan obat dari dokter, sangat sulit untuk mengikuti kalimat talkin dari orang yang membimbing dzikir pada saat itu kecuali hanya atas ridho Allah SWT.
Disinilah, pada saat mulut sudah tidak bisa bergerak, tidak bisa berbicara, satu-satunya harapan kita untuk bisa berdzikir kepada Allah adalah hati/qolbu kita. Selama ruh masih menempel pada diri kita, hati/qolbu akan selalu bisa berdzikir kepada Allah SWT.
Bukankah Allah memerintahkan kepada kita untuk banyak berdzikir? (WALAA DZIKRULLOHI AKBAR)
Bagaimana mungkin bisa berdzikir banyak dan tiada batas apabila mulut kita sendiri terbatas untuk melakukannya. Bagaimana pada saat kita berada di dalam kamar mandi dimana kita dilarang untuk berdzikir? Bagaimana jika saat itu kita dipanggil oleh Allah SWT dimana kita tidak sedang berdzikir?
Dalam surah lain (Al-A’Raaf ayat 205) diterangkan bahwa;
Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.
Pada ayat tersebut di atas jelas bahwa dzikir qolbu/hati inilah yang bisa melantunkan asma Allah dengan tiada batas. Tidak terpengaruh apakah kita sedang makan, minum, bekerja, berjualan, berjalan, sedang di kendaraan, mandi, buang air besar/kecil, dan lain-lain, apalagi sedang beribadah seperti sholat. Bahkan pada saat kita sedang tidurpun dzikir ini masih bisa dilakukan, karena yang bekerja itu hati/qolbu.
Apabila kita ingat seseorang yang kita cintai (istri/suami/orang tua/anak, dll) pada saat posisi kita sedang jauh (misal diluar kota), maka ingatnya kita apakah dengan otak kita? Atau dengan mulut kita? Tidak kan???? Sudah barang tentu kita ingat orang yang kita cintai itu dengan hati bukan?
Walaupun terhalang dengan jarak yang sangat jauh, terhalang dinding pemisah (tembok), terhalang gunung sekalipun, kita merasa dekat dengan mereka yang kita cintai. Itulah hati…
Kepada Allah pun sama demikian. Tatkala kita ingat kepada Allah, disanalah kita merasa dekat dengan-Nya. Karena sebenar-benar dzikir adalah yang sudah tembus ke dalam qolbu/hati kita.
Demikian, semoga Allah melindungi dari kesalahan & kehilafan dari tulisan ini.
Semoga bermanfaat….
(Post by Wawan)
Artikel Kategori
- Akhlak (3)
- Download Artikel (6)
- Fiqh (2)
- Hadits (3)
- Info (1)
- Jadwal Manaqib (1)
- Renungan (3)
- Tashowuf (9)
- Tata Cara (1)
- Tauhid (2)
Tuesday, March 31, 2009
DZIKIR
Kumpulan Artikel
Taushiah
- Guru berkata "Lakukanlah Ajaran dan kebaikan yang diberikan dengan Istiqomah. Kalau tidak bisa sekaligus, lakukan setahap demi setahap. Hal itu sama dengan membangun benteng diri yang kokoh. Ibarat menabung, mula-mula sedikit tetapi karena terus- menerus, tidak terasa jumlahnya semakin banyak. Inilah amalan yang dicintai Alloh SWT, sedikit tetapi ISTIQOMAH." Rosululloh SAW bersabda:"...Dan ketahuilah bahwa amal yang paling disukai Alloh ialah amal yang dikerjakan secara terus-menerus walaupun sedikit." (HR. Bukhari, Muslim dan Nasai).
- Wamaa naziltu bikalimatin a'dzomu min kalimati Laa Ilaaha Illalloh. "Aku (Alloh) tidak menurunkan kalimat yang lebih agung dari kalimat LAA ILLAAHA ILLALLOH." (Malaikat Jibril)
- Harta kekayaan itu pelayan kamu, dan kamu adalah pelayan Allah. Sumber: (Wasiat Syekh Abdul Qodir Jaelani - PPS)
- Ilmu dzohir adalah Syariat, ilmu bathin adalah Ma’rifat, keduanya harus dipadukan menjadi Hakikat. Ibadah yang sempurna hanya diwujudkan dengan perpaduan dzohir dan bathin.
Kirim Pesan Anda di sini
Followers
***( )***
BISMILLAHIRROHMANIRROHIM…
Assalamu’alaikum Wr. Wb,
Alhamdulillah, blog ini bisa disajikan bagi saudara-saudara yang memerlukan informasi kajian ilmu-ilmu Islam. Penyusun menyadari bahwa blog ini masih jauh dari sempurna, dan masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahannya. Oleh karenanya penyusun berharap saudara semua berkenan untuk memberikan sumbangsih berupa saran dan kritik demi perbaikan dimasa mendatang.
Tujuan daripada blog ini tiada lain adalah ingin memberikan ilmu kajian agama yang penyusun dapatkan dari sumber-sumber lain baik itu dimedia cetak (buku-buku) ataupun dari situs lain yang menyajikan kajian-kajian ilmu agama Islam.
Blog ini hanyalah jembatan informasi yang peyusun petik dari sumber-sumber lain yang mungkin bisa membawa manfaat. Kajian yang disampaikan dikutip berdasarkan bahasa asli dari sumbernya dan bukan karangan semata dari penyusun pribadi. Karena penyusun sendiri menyadari masih membutuhkan banyak belajar dan bukan ahli amal, ahli ibadah, ahli sunah, atau ahli agama lainnya. Tetapi dengan keyakinan ingin mengajak untuk belajar bersama-sama dalam menambah ilmu agama Islam.
Untuk itu disetiap postingan yang akan disajikan, akan disertakan pula sumber dimana ilmu tersebut diambil.
Demikian, semoga Allah melindungi kita semua dan memberikan bimbingan selalu kepada setiap hati manusia yang merindukan-Nya.
Semoga Allah memaafkan jika ada kesalahan dan kekurangan khususnya dalam, pada, dan selama blog ini masih ada.
Terimakasih, selamat membaca!
Wassalamu’alaikum Wr, Wb.
***( )***
Taushiah Sesepuh
AKHIRAT LEBIH BAIK DARI DUNIA
... Yen dunya teh kudu dipake pikeun bekel di akherat. Pepelakan supaya meunang hasil di akherat. Sing saha nu teu pepelakan di dunya, di akherat moal barang ala. Ari akherat teh dibagi dua. Nu akhir ceuk urang ayeuna. Melak sampeu tina tangkal nu ngan sajeungkal ari akhirna tangkal jadi sadeupa. Aya keur pelakeun deui sapuluh tangkaleun. Tambah deui pucukna bisa diseupan, daunna di ka embekeun. Ari beutina aya puluhna.
(Terjemahan Bebas
Contohnya : Menanam pohon singkong yang awalnya/permulaan panjangnya hanya sejengkal maka akhirnya jadi sedepa (selengan) yang bisa ditanam kembali untuk 10 pohon singkong. Selain itu, pucuknya bisa direbus untuk lalapan, daunnya untuk kambing dan tentu saja umbi singkongnya yang banyak untuk kita. Betapa Maha Kasihnya Allah itu. Jadi akhir itu lebih baik daripada awal. Kehidupan Akhirat Lebih Baik daripada Kehidupan Dunia.
Sumber: (Ponpes Suryalaya)