Tuesday, March 31, 2009

DZIKIR







Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; Sesungguhnya dia Maha mengetahui segala isi hati.

(QS. Al Mulk/67 ayat 13)


Dalam Alquran pada surat tersebut di atas dijelaskan bahwa dzikir itu terbagi 2, yaitu;

* Dzakaro yang artinya menyebut, dimana bisa menyebut Dzat, Sifat/Atribut, Martabat, atau Ayat Allah.

Pada dzikir ini berhubungan dengan mulut (jahri) yang mengandung maksud adalah dzikir dengan suara keras dimana orang lain di sekitar bisa mendengarnya.

Bacaan yang dilantunkan bisa;
• ALHAMDULILLAH (TAHMID)
• ALLOHU AKBAR (TAKBIR)
• SUBHANALLOH (TASBIH)
• LAAILAAHA ILLALLOH (TAHLIL)
• Dst

* Atau Dzakaro yang mengandung arti mengingat, mengenang, merasakan, menyadari atas adanya Allah.

Dzikir ini berhubungan dengan Qolbu (hati), karena sifatnya yang rahasia (sirri/khofi).

Dzikir ini tidak diketahui atau didengar oleh orang di sekitarnya. Hanya orang itu sendiri dan Allah SWT yang tahu.

Untuk bisa mendapatkan atau belajar dzikir sirri/khofi ini tidak sembarang orang bisa memberikannya. Hanya seorang Mursyid Kamil-Mukamil yang bisa menberikannya. Yaitu seorang khalifah pada masanya yang diberikan tingkat keimanan dan ketakwaan luar biasa terhadap Allah SWT. Jika orang tidak mencarinya, maka niscaya tidak akan bisa mendapatkannya dan sudah barang tentu tidak mempunyai dzikir sirri/khofi ini.

Karena dzikir ini tidak menggunakan mulut melainkan hati/qolbu, maka sudah barang tentu tidak akan terbatas oleh waktu, tempat. Kapanpun dan dimanapun bisa melakukan dzikir ini. Tidak seperti halnya dzikir jahri yang sangat terbatas oleh waktu dan tempat. Tidak mungkin orang yang berjualan sambil melantunkan dzikir jahri seperti Tahmid, Takbir, Tasbih, atau Tahlil seperti halnya pada saat selesai sholat di mesjid/di rumah. Tidak mungkin orang yang sedang makan dimana mulutnya penuh oleh makanan bisa melantunkan dzikir jahri ini. Dan masih banyak contoh lain yang bisa kita temukan sehari-hari dimana kita sangat terbatas untuk melakukan dzikir jahri ini. Bahkan pada saat sekaratul maut menghampiri, dimana kita sudah tidak bisa apa-apa, sudah tidak bisa berbicara, tidak bisa makan obat dari dokter, sangat sulit untuk mengikuti kalimat talkin dari orang yang membimbing dzikir pada saat itu kecuali hanya atas ridho Allah SWT.

Disinilah, pada saat mulut sudah tidak bisa bergerak, tidak bisa berbicara, satu-satunya harapan kita untuk bisa berdzikir kepada Allah adalah hati/qolbu kita. Selama ruh masih menempel pada diri kita, hati/qolbu akan selalu bisa berdzikir kepada Allah SWT.

Bukankah Allah memerintahkan kepada kita untuk banyak berdzikir? (WALAA DZIKRULLOHI AKBAR)

Bagaimana mungkin bisa berdzikir banyak dan tiada batas apabila mulut kita sendiri terbatas untuk melakukannya. Bagaimana pada saat kita berada di dalam kamar mandi dimana kita dilarang untuk berdzikir? Bagaimana jika saat itu kita dipanggil oleh Allah SWT dimana kita tidak sedang berdzikir?


Dalam surah lain (Al-A’Raaf ayat 205) diterangkan bahwa;







Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.


Pada ayat tersebut di atas jelas bahwa dzikir qolbu/hati inilah yang bisa melantunkan asma Allah dengan tiada batas. Tidak terpengaruh apakah kita sedang makan, minum, bekerja, berjualan, berjalan, sedang di kendaraan, mandi, buang air besar/kecil, dan lain-lain, apalagi sedang beribadah seperti sholat. Bahkan pada saat kita sedang tidurpun dzikir ini masih bisa dilakukan, karena yang bekerja itu hati/qolbu.

Apabila kita ingat seseorang yang kita cintai (istri/suami/orang tua/anak, dll) pada saat posisi kita sedang jauh (misal diluar kota), maka ingatnya kita apakah dengan otak kita? Atau dengan mulut kita? Tidak kan???? Sudah barang tentu kita ingat orang yang kita cintai itu dengan hati bukan?
Walaupun terhalang dengan jarak yang sangat jauh, terhalang dinding pemisah (tembok), terhalang gunung sekalipun, kita merasa dekat dengan mereka yang kita cintai. Itulah hati…

Kepada Allah pun sama demikian. Tatkala kita ingat kepada Allah, disanalah kita merasa dekat dengan-Nya. Karena sebenar-benar dzikir adalah yang sudah tembus ke dalam qolbu/hati kita.

Demikian, semoga Allah melindungi dari kesalahan & kehilafan dari tulisan ini.


Semoga bermanfaat….

(Post by Wawan)

Denyutkan nadimu dengan Dzikrulloh